tugas sangiran (^o^)
Jumat, 19 Oktober 2012
contoh laporan perjalanan :D
PENGESAHAN
Disahkan oleh pembimbing Karya Tulis(Laporan) MAN 1 Kota Magelang guna memenuhi kewajiban siswa setelah mengikuti studi lapangan. Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mensahkan
Mengetahui
Kepala Pembimbing studi lapangan
Drs. THOIFUR ASRORI, S.Pd
NIP. 150195549 NIP. 150381563
LAPORAN PERJALANAN
Museum Sangiran & Waduk Kedung Ombo
Kelas X Tahun pelajaran 20008/2009
Laporan ini disusun untuk memenuhi
Persyaratan nilai mata pelajaran
IPS (Geografi, Sejarah, Sosiologi)
Disusun Oleh Yoga Dwi A
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang
Jl. Raya Payaman No. 1 Secang Magelang
Telp. (0293) 369256
KATA PENGATAR
Setelah selesainya laporan ini, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua.
Laporan ini disusun sebagai salah satu arena latihan dan memenuhi kewajiban siswa setelah mengikuti studi lapangan.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
Bapak Thoifur selaku kepala MAN 1 Kota Magelang yang telah memeberikan ijin untuk studi lapangan.
Guru pembimbing studi lepengan yang memberi pengarahan kepada penulis.
Bapak/Ibu guru MAN 1 Kota Magelang beserta staffnya.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan secara satu persatu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan, oleh karena itu kepada para pembaca penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga berguna bagi pengembangan ilmu dan wawasan pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
Waktu, Tempat, Peserta
BAB II
Museum Sangiran
Waduk Kedung Ombo
BAB III
PNUTUP
Simpulan
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Masa-masa liburan biasanya banyak tempat wisata yang dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara. Salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi adalah Museum Sangiran.
Pada Tanggal 20 Desember 2008 siswa-siswi kelas X MAN 1 Kota Magelang mengadakan karya wisata ke Museum Sangiran yang merupakan bahan sebagai penyusunan laporan ini.
LATAR BELAKANG
Penulis memilih judul “ Laporan Perjalanan Sangiran Waduk Kedungombo” karena sebelumnya penulis telah melakukan pengamatan-pengamatan di museum sangiran dan waduk kedungombo Boyolali. Penulis melakukan pengamatan di kedua tempat ini untuk memperoleh informasi-informasi penting yang selanjutnya di jadikan bahan laporan. Informasi penting ini kemudian akan di berikan kepada para pembaca.
TUJUAN
Tujuan dari studi lapangan ini adalah agar siswa mendapatkan bahan sebagai laporan yang diajukan sebagai syarat kenaikan kelas. Selain itu, studi lapangan ke museum sangiran ini dapat menambah ilmu pengtahuan dan wawasan para siswa.
WAKTU, TEMPAT DAN PESERTA
Tanggal 20 Desember 2008, siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang mengikuti studi lapangan ke museum sangiran dan waduk kedung ombo Boyolali. Dibawah bimbingan Bapak dan Ibu guru siswa melakukan pengamatan secara dekat dengan objek.
BAB II
ISI
SELAYANG PANDANG
MUSEUM SANGIRAN
Pengertian Museum Sangiran
Museum sangiran adalah saran pendidikan yang memperkenalkan kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda purba ( Peninggalan Zaman Purba). Diharapkan dengan adanya museum sangiran masyarakat dapat mempelajari dan mengetahui kehidupan-kehidupan di zaman purba.
Sejarah Singkat Museum Sangiran
Sangiran terletak pada 4,00-4,05 BT. 7,25-7,5 LS. Pada tahun 1930 G.R Von Knoswold, ahli ilmu paleotologi yaitu ilmu tentang tulang belulang dari Jerman yang bekerja di pemerintahan Hindia. Belanda membentuk kepala desa krikilan Toto Marsono.
Tahun 1934 G.R Van Knoswold menemukan artefak batu yang terkenal dengan industri serpih bilah sangiran.
Tahun 1936 ditemukan mandi bula.
Tahun 1937 ditemukan tulang femora/paha.
Tahun 1972 didirikan museum pertama yang sekarang menjadi balai desa Krikilan.
Tahun 1988 diresmikan museum purbakala sangiran oleh Prof. Dr. Fuad Hasan yang menjabat menjadi Mendibud pada waktu itu.
Tahun 1996 Situa Sangiran ditetapkan oleh UNESCO sebagai word united nomor 593 sebagai warisan budaya dunia.
Penemuan-Penemuan di Sangiran
Di sangiran di temukan benda-benda purbakala. Dari seluruh dunia 75% fosil manusia purba ditemukan di Sangiran.
Benda purbakala yang ditemukan di sangiran diantaranya adalah :
Rahang Gajah Stegodon
Rahang gajah purbakala ini di temukan di jembatan kedung kecil oleh warga masyarakat
Rahang Crocodilus SP (Buaya)
Rahang buaya purba di temukan di utara desa Krikilan.
Rahang Atas Stegodon Trigonocepalus (Gajah)
Sepasang Gading Stegodon Trigonocepalus.
Gading gajah purba stegodon Trigonocepalus memiliki panjang 8 m. Gading ini ditemukan di Dukuh Grogolan.
Rahang Atas Masgodon SP.
Ditemukan tahun 1992 di dukuh ngampon desa Krikilan, ditemukan pada lapisan tanah warna abu-abu di formasi pucangan.
Tengkorak Kerbau Purba (Bubalus Palaeokerabau)
Tengkorak ini berumur 200.000-500.000 tahun yang lalu. Ditemukan tahun 1992 di Dukuh Tanjung.
Kapak Perimbas
Teknologi pembuatan kapak ini sejak akhir pleistosin tengah hingga permukaan kala holosin.
Tanduk Purba
Tulang Jail
Radio Cubitus
KEDUNG OMBO BOYOLALI
Latar Belakang
Pemabangunan bendungan kedung ombo pada kali serang yang berlokasi di desa Rambat Kec. Geyer Kab. Grobogan, dengan waduk yang tercipta di Kaupaten ini tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan tentang potensi sumber daya air cihulu maupun hilirnya.
Pembebasan tanah proyek waduk kedung ombo meliputi 37 desa 7 kecamatan dan 3 kabupaten, Kabupaten Boyolali meliputi kecamatan Kemusu, Andong, Juangi.Kabupaten grobogan meliputi Kecamatan Miri dan Sumber lawang. Jumlah penduduk yang akan tergenang 5,399 KK dengan rata-rata 5-6 orang per-KK.
Tahapan Pelaksanaan
1. Surver, Investigasi dan studi kelayakan dilaksanakan oleh proyek perancangan pengembangan sumber-sumber air (P3 SA) bersama NIDECO Tahun 1969-1976.
2. Desain dilaksanakan oleh proyek Jratunseluna bersama SMEC dari Australia tahun 1976-1978. 1985.
3. Kaji ulang desain dilaksanakan proyek Jratuseluna bersama SMEC tahun 1979-1984.
4. Tahap Pembangunan
a. Pembuatan jalan masuk kantor lapangan laborat.
b. Trowongan pengelak dimulai akhir tahun 1983-1985 dilaksanakan oleh PT. Brantas Abipraya.
c. Bendungan dan bangunan pelengkapnya.
5. Diresmikan presiden RI, H. M. Soeharto tanggal 18 Mei 1991.
6. Tahap operasi pemeliharaan tahun 1991 sampai 100 tahun yang akan datang.
Manfaat Waduk Kedungombo
LANGSUNG
- Daerah Hulu
- Potensi Perikanan
- Penyediaan Irigasi Pompa
- Penyediaan Air Baku dll.
TIDAK LANGSUNG
- Pengembangan wilayah Grobogan, Sragen dan Boyolali pada khususnya.
- Penungkatan Pendapatan Masyarakat.
- Peninggian muka air tanah.
Sangiran : Situs dan Museum Manusia Purba di Lembah Bengawan Solo
Sangiran merupakan situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Areanya seluas 56 km² berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Sangiran memberi informasi lengkap sejarah kehidupan manusia purba meliputi habitat, pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya, hingga proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun (Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).
Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi ini. Di sini Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern. Di isni Anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.
Situs Sangiran merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Sejak tahun 1977 situs Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).
Sejak ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar. Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya dari hasil penggalian ditemukan fosil Pithecanthropus erectus atau Manusia Jawa. Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus yang ditemukan di situs ini.
SangiranKawasan Sangiran menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran ada sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia. Jenis Homo erectus yang ditemukan adalah dari masa Pleistosen Awal dan Pleistosen Tengah, dan mungkin juga pada Pelistosen Akhir. Manusia jenis ini mempunyai ciri-ciri tinggi badan kurang lebih 165-180 cm dengan postur yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus. Mereka memiliki geraham yang masih besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis dan tonjolan belakang kepalanya nyata, dagu belum ada dan hidung lebar. Perkembangan otaknya baru memiliki volume sekitar 800-1100 cc dan manusia ini digolongkan dalam Homo erectus arkaik.
Selain fosil manusia purba, di Sangiran ada juga fosil hewan bertulang belakang hingga cangkang molusca. Fosil vertebrata ditemukan di semua lapisan (Kalibeng, Kabuh, dan Notopuro). Ditemukan juga fosil gajah purba, badak, banteng, sapi, kerbau, dan rusa. Diperkirakan hewan-hewan tersebut hidup sezaman dengan Homo erectus dan menjadi binatang buruan mereka.
Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.
Ladang fosil di situs Sangiran sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang bertebing curam yaitu stratigrafi yang menunjukkan empat formasi (lapisan tanah). Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.
Keberadaan Kawasan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat melihat lokasi temuan dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini arealnya seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN - Perjalanan Menembus Waktu ke Jaman Manusia Purba
Sangiran, telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu World Heritage Site. Di situs ini ditemukan ribuan fosil yang jumlahnya hampir separo dari seluruh fosil manusia purba di dunia. Ke Sangiran, Anda seolah dibawa kembali ke masa ribuan tahun lalu.
MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN
Desa Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN - Perjalanan Menembus Waktu ke Jaman Manusia Purba
Situs Manusia Purba Sangiran terletak 18 km di sebelah utara Solo dengan luas kurang lebih 56 kilometer persegi. Tidak ada yang berbeda ketika memasuki kawasan ini. Rumah-rumah penduduk, sekolah, dan hutan-hutan kecil terlihat sama saja dengan wilayah lainnya. Baru setelah masuk semakin dalam nampak rumah-rumah penduduk yang juga berfungsi sebagai toko-toko suvenir khas benda peninggalan jaman purba.
Akhirnya sampailah YogYES di Museum Purbakala Sangiran. Museum seluas 1,6 ha ini dibangun menempel pada sebuah bukit dan memutar sampai ke puncaknya. Kita harus berjalan mengitari lereng bukit untuk bisa sampai ke ruang pameran yang pertama. Ruang pameran yang pertama berada di dalam sebuah gua besar yang kemudian dibangun berdinding beton dan berisi gambar-gambar tentang bagaimana bumi terbentuk, fosil gigi dan tengkorak purba, tulang-tulang hewan purba, serta diorama evolusi manusia dan diorama contoh aktifitas manusia purba.
Keluar dari ruang pameran pertama, pengunjung harus mendaki puluhan anak tangga untuk mencapai ruang pameran kedua yang terletak di puncak bukit. Di ruang pameran kedua ini pengunjung bisa melihat berbagai jenis tengkorak manusia purba dari berbagai jaman dan tempat, tulang paha mammoth, tengkorak kerbau purba, berbagai jenis senjata, batu-batu fosil, dan lain sebagainya.
Situs Kunci Mempelajari Teori Evolusi Manusia
Situs Manusia Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti saat ini. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia.
Tak hanya manusia dan kehidupan pra sejarah, ditemukan juga fosil makhluk bawah laut sehingga menimbulkan teori bahwa Pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan tahun yang lalu. Bahkan pada tahun 1980an, para ilmuwan digemparkan dengan penemuan fosil utuh seekor mammoth dengan tinggi 4 meter. Fosil ini sekarang disimpan di Museum Geologi Bandung. Karena kontribusi terhadap dunia arkeologi, antropologi, geologi dan ilmu pengetahuan yang begitu besar, UNESCO menetapkan Sangiran sebagai Warisan Kebudayaan Dunia ke 593 pada 5 Desember 1996 di Merida, Meksiko. Kemudian dibangunlah Museum Manusia Purbakala untuk menyimpan dan memamerkan fosil-fosil yang ditemukan.
Puluhan kios berjajar di depan museum, tempat para penduduk setempat menjual suvenir dan cinderamata khas peninggalan pra sejarah, mulai dari benda-benda yang diklaim sebagai tulang dan gigi manusia ataupun hewan purba, patung-patung dari tanah endapan dengan serat daun tumbuhan purba, hingga aneka kalung, gelang dan perhiasan dari batu-batu kali dan kayu fosil. Terdapat juga gardu pandang dimana kita bisa menikmati pemandangan hampir seluruh area situs Sangiran.
Copyright © 2010 YogYES.COM
Jadwal Buka
Selasa - Minggu pk 08.00 - 16.00 WIB
Harga Tiket
Pengunjung domestik: Rp. 3.000
Pengunjung mancanegara: Rp. 7.500
Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di Jawa Tengah, 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu. Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.
Di Museum Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu.
Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan pada masa lampau. Sangiran mencakup beberapa lapisan tanah/formasi tanah. Yang tertua adalah formasi "kalibeng" formasi ini diperkirakan berumur 3 juta - 1,8 juta tahun yang lalu. Pada formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan bawah merupakan endapan laut dalam dengan ketebalan lapisan ini 107 meter
Museum Fosil Sangiran
Museum Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini. Relatif utuh pula. Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.
Langganan:
Postingan (Atom)